Kamis, 19 Januari 2017

Mengenalmu, Mengharapkamu, Memperjuangkanmu, Mendoakanmu Hingga Memilikimu


Setiap orang mempunyai kisah cinta yang berbeda-beda. Semua memang butuh proses, proses yang hadirkan suka dan duka, tawa dan air mata. Jika bisa jalani prosesnya, tidak menyerah untuk dapatkannya, niscaya bersanding juga. Ada banyak cerita yang sedikit bisa terceritakan, ada garis besar yang mungkin sedikit bisa menggambarkan. Dari ketika awal mengenal dirimu, lalu hati yang tiba-tiba entah kapan mulai mengharapkanmu. Kemudian sedikit demi sedikit memperjuangkanmu. Tidak lupa diri ini yang diam-diam mendoakanmu agar engkau menjadi milikku.

Mengenanlmu, semua berawal ketika mengenal dirimu. Mengenal dirimu di dunia ini yang memang penuh dengan banyak orang. Rasanya memang aku beruntung sekali bisa bertemu denganmu. Entah sengaja atau tidak sengaja engkau hadir sebagai teman. Engkau dan aku akhirnya menjadi teman. Faktanya kita memang telah dipertemukan dengan cerita tersendiri, dan akhirnya saling mengenal. Walau memang semuanya tetap saja berawal dengan biasa saja, mungkin hanya diselipi beberapa cerita. Cerita yang mungkin masih engkau ingat, karena saat ini diri ini masih bisa mengingatnya.

Mengarapkanmu, kemudian setelah saling mengenal dari pertemanan yang telah kita jalin. Kita mulai mengenal lebih akrab satu sama lain. Awalnya memang penuh kecanggungan, entah apa yang harus dibicarakan. Namun memang akhirnya juga ada saja yang dibicarakan. Hingga diri ini semakin tahu tentang diri masing-masing, walau tidak sepenuhnya. Namun entah sejak kapan hati ini menjadi tertarik denganmu, lalu hingga diam-diam mengharapkanmu. Rasanya memang terkadang bikin nyesek di hati. Aku takut jika harapanku akan sia-sia begitu saja. Aku takut cinta yang telah tumbuh secara pelan ini harus layu dan mati hingga meninggalkan sakit hati. Namun hati ini memang tidak bisa memungkiri, harapan sering kali membuat hati ini merasa bahagia. Walau memang belum bisa bersama dirimu.

Memperjuangkanmu, perjuangan untuk mendapatkan dirimu itu bukan tentang kisah
mengangkat senjata dan berperang dengan banyak monster untuk dapatkanmu. Bukan berperang dengan banyak orang untuk bersikukuh memperebutkan dirimu. Namun mungkin tentang bagaimana diri ini memantaskan diri untuk pantas kau pilih, dari banyaknya pilihan orang di dunia ini. Hal itu karena aku menyadari sungguh banyak orang yang ingin dapatkan dirimu, bukan aku saja. Diri ini mencoba memberikan perhatian, kepedulian, dan mungkin beberapa hal yang disebut pengorbanan. Karena aku sadar bahwa banyak yang ingin dapatkanmu, aku pun tidak boleh kalah dengan mereka. Bukan tidak boleh, namun memang aku tidak ingin engkau dimiliki oleh orang lain. Aku yang ingin mendapatkan cinta darimu.


Mendoakanmu, diam-diam mendoakanmu. Aku meminta kepada Allah Ta’ala agar cinta yang ada akan berujung bahagia. Aku memang sering kali malu untuk mengakuinya, bahkan ketika berhadapan dengan Tuhanku ketika aku berdoa. Padahal sebenarnya tanpa aku berkata sepatah katapun, Allah sudah tahu tentang perasaanku. Aku akhirnya berani berharap dan berdoa, semoga memang lancar untuk mendapatkanmu, lancar untuk bersanding denganmu. Hal itu karena aku tahu, bahwa hanya kepada-Nyalah aku meminta dirimu menjadi jodohku. Serta aku mengerti bahwa memang setiap orang berhak untuk meminta, karena memang Allah Ta'ala tempat meminta bagi hamba-Nya.

 Memilikimu, tentu tak sesingkat ini ceritanya, tiba-tiba bisa memilikimu setelah sering menyebutmu dalam doa. Ada banyak cerita yang telah terjadi, ada banyak pula usaha yang telah dilakukan. Ada rasa sedih, galau, cemburu bahkan sempat berfikir menyerah beberapa kali. Ada pula tentang cerita bersemangat kembali, hingga terasa kobaran semangat untuk membuat pemantasan-pemantasan diri untuk pantas kau cintai.

Rabu, 14 September 2016

Dariku Yang Selalu Mengertimu


Aku tak ingin banyak menuntut pertemuan. Bukan karena tak rindu, tapi karena aku tahu hidupmu tak melulu tentang aku. Aku tak selalu bersikap manja, berbicara dibuat-buat seperti balita. Karena aku mengerti, perjalanan hidupmu tidak melulu tentang membahagiakanku. Bukan juga tentang menjamin aku selalu tertawa.
Sejatinya bahagiaku bukan sepenuhnya tanggungjawabmu. Kamu punya kehidupan sendiri. Punya tanggung jawab yang harus kamu penuhi setiap hari. Ada keluarga yang merindukan pertemuan denganmu, ada sahabat dan keponakan-keponakanmu yang juga punya rasa rindu yang sama, untuk sekedar jumpa dan saling sapa, kemudian tenggelam dalam tawa dan cerita. Ada hobi yang sesekali harus kamu hampiri, kala jenuh atau pahitnya hidup mencekik lehermu. Ada juga bisnis mu yang sangat membutuhkan perhatianmu. Dan aku sangat mengerti itu.
Aku berusaha tidak terlalu sering mencarimu, menuntut kabar setiap waktu. Membuntuti kemanapun tempat yang kamu tuju. Mengingatkan makan siang atau vitaminmu, karena aku tahu lelaki yang ada dalam hatiku bukan balita yang makannya saja harus dipaksa. Kamu lelaki yang tahu kemana kaki harus melangkah. Sekali lagi kupastikan, itu bukan karena aku tak cinta, tapi aku tahu bila jodoh, kita kan jadi orang tua. Mana mungkin kita bisa jadi orang tua yang pantas, jika kamu dan aku masih kekanak-kanakan dalam hal cinta dan sebagainya dan masih tenggelam dalam urusan drama.
Jangan khawatir sayang, dihatiku jelas tertera namamu. Aku mencintaimu dalam diam dan rentetan doa. Kala jarak dan kesibukan memisah, aku berharap kita bisa bertemu dalam sujud di setiap jumpa dengan Sang Esa. Teruslah bersinar dan melangkah menapaki semua mimpi yang ada dibenakmu. Aku tak akan mengganggu. Aku hanya akan memberikan pendampingan dengan sebaik-baiknya.
Saat kamu gagal aku akan selalu ada disampingmu dan memberimu ketenangan. Memberi segudang dukungan. Saat kamu terjatuh, ingatlah ada aku yang selalu menguatkan. Menopang tanganmu agar tak jatuh terlunta-lunta. Saat kamu lelah, aku akan memberikan pundakku sekedar untuk bersandar. Kupastikan, bahwa aku selalu bisa jadi tempatmu kembali saat tak ada lagi tempat yang bisa kamu datangi.
Aku mencintaimu dengan sederhana. Hanya ingin tetap dihatimu. Menikmati apapun prosesnya. Menjadi hati yang selalu kamu miliki. Menjadi cinta yang selalu buatmu berbalik arah. Menjadi harap bagi masa depanmu yang cerah. Menjadi bagian dalam setiap pertandingan. Menjadi tempatmu menoleh saat kamu butuh anggukan dukungan.
Bukan tak rindu, seringkali hati ini meradang karena tak dapat bertemu. Tapi kutahan cerita sampai kita bisa bersatu. Bila sudah serumah nanti bukankah kamu yang terakhir kulihat sebelum tidur dan yang kusapa cinta pada saat pagi tiba. Jadi aku akan bersabar menunggumu mampu membawaku pada cinta yang tak hanya pandai berkata tapi juga mengajakku hidup bersama.
Jangan khawatir, aku juga tidak hanya berdiam menunggumu. Disini, ditempatku dengan jutaan rindu, aku akan menjadi sebaik-baiknya wanita yang bisa kamu pertimbangkan nanti. Membekali diri dengan berbagai hal yang kalian butuhkan,baik itu kamu atau anak-anak kita. Untuk sekarang, kubiarkan kamu bebas terbang menggapai semua mimpi yang kamu gantung dalam langit-langit hatimu. Tak ada ragu, juga ku coba bunuh rasa cemburu. Karena kau tahu yang terbaik tak akan pernah pergi dan akan pulang pada hati yang ada disini.

Selasa, 13 September 2016

Untukmu yang Terpisah Dariku dan Hidup Berbeda Kota. Bersabarlah, Jarak Ini Hanya Sementara

“Kangen.”
Terpisah berkilo-kilometer jauhnya karena harus hidup berbeda kota, rutinitas yang kita miliki 180 derajat berlainan dari pasangan-pasangan lainnya. Untuk kita, tak ada kemewahan dalam wujud makan bersama setiap malam, atau jalan-jalan menjelajahi tempat baru di akhir pekan. Tak ada pula kalimat sesederhana “Ke bioskop yuk?”, “Besok sibuk, nggak?” atau “Aku demam, nggak bisa keluar kamar. Boleh titip beliin makan siang?”
Jadwal pertemuan kita hanya sekali dalam beberapa bulan — itupun harus didahului rencana yang matang. Tak boleh ada jam temu yang sia-sia karena kesempatan kita bertatap muka tak berlangsung selamanya.
Namun jujur, tak selamanya aku bisa berpikir baik. Ada saat di mana jarak membuatku cemburu, mencemaskan utuhnya perasaanmu. Kadang lebih mudah bagiku untuk menyerah pada keadaan. Jika bukan karena beberapa hal, mungkin aku tak akan sekuat sekarang.

Aku selalu menyimpan rindu. Hampir apapun kulakukan demi menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu.

“LDR itu banyak positifnya, bebas, lo bisa lebih punya me-time. Daripada sama pacar terus, nggak bosen?”
Tentu itu ada benarnya: setelah kita hidup di kota yang berbeda, aku merasakan “suasana baru” dalam hari-hariku. Tak ada janji kencan nanti sore, artinya bebas berkumpul dengan teman-teman sampai larut malam. Tak harus mengantarmu kemana-mana dan menunggumu berbelanja, artinya waktu lebih banyak untukku menyelami hobi yang sempat lama tak kuurus lagi. Pada awalnya, suasana ini memang cukup kunikmati.
Tapi “sisi positif” itu lambat laun terkikis rindu. Mana bisa aku berkonsentrasi pada hobi yang kutekuni jika lebih dari sekali, kau melintas di bayanganku? Aku pun selalu membayangkan: betapa jauh lebih menyenangkannya, jika kau ada di dekatku.
Faktanya aku selalu menyimpan rindu. Hampir apapun kulakukan — kau tahu — demi bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu.

Ada beberapa hiburanku. Pesan darimu, beserta gambar yang kau kirimkan setiap waktu

Selalu ada pesan manis darimu Ah, betapa kau selalu berusaha ceria. Betapa kau selalu berhasil membuatku berkali-kali jatuh cinta.

Bagaimanapun, aku mesti berlapang dada. Ujian ini adalah demi masa depan kita bersama

Ini hanya untuk sementara
Seperti tadi aku mengaku: aku selalu rindu. Namun aku pun tahu, bukan hubungan yang sehat namanya jika aku tak punya dunia selain dirimu. Itulah yang selalu kuputar di rongga kepala setiap waktu: dalam hari-hari di mana aku merasa rinduku sudah keterlaluan hebatnya. Paling tidak, aku masih punya banyak hal yang bisa kunikmati selagi kau tak ada di sini. Aku pun beruntung, dikelilingi teman-teman sejati.
Aku tertawa saja mendengar lawakan mereka. (Hei, jangan dikira aku tak bisa lagi tertawa!) Kau pun pasti senang mendengar keadaanku relatif baik-baik saja. Aku masih makan dengan lahap, belajar dengan giat, berkumpul dengan teman-teman hingga lupa waktu dan mentari pagi yang mengingatkanku.
Perpisahan ini sementara. Kita lakukan demi masa depan yang lebih baik untuk berdua. Kau selalu berkata, “Aku “meninggalkanmu” bukan untuk bersenang-senang sendiri.” Kau bekerja tanpa lelah, mengejar ambisi. Aku pun berusaha begitu: menyibukkan diri dalam proyek-proyek pribadi serta hobi agar setiap waktuku di sini tak terbuang tanpa arti.

Setiap aku ingin bertemu, kubuka ponselku dan kau akan ada di sana. Meyakinkanku bahwa kita takkan bertekuk lutut pada jarak yang menganga

Apa jadinya jika aku harus mengirim surat setiap rindu?
Setiap rinduku membumbung dan kurasa aku takkan bisa menahannya lagi, aku akan membuka layar ponselku dan di situlah kutemukan dirimu. Kau tersenyum menyapa. Dengan senyummu yang ceria, kau meyakinkanku semua baik-baik saja.
Kadang aku bertanya sendiri: bagaimana bisa orang zaman dulu melalui hubungan jarak jauh mereka? Aku masih beruntung karena hanya tinggal meraih ponselku jika rasa kangen mulai liar. Sedangkan mereka, apa yang bisa diandalkan jika keinginan melepas rindu membakar?

Berjanjilah untuk selalu percaya. Jarak ini bukan apa-apa dibandingkan masa yang sudah menanti kita berdua

Ini hanya sementara. Sebentar, saja
Beratnya hari-hari yang kita lalui saat ini bukannya tanpa balasannya. Andai kita berlapang dada — sedikit lagi saja — pengorbanan kita sekarang tak akan sia-sia. Aku berjanji; dan semoga kau memercayainya.
Ingatkah saat aku dulu pertama kali memintamu menjadi yang ada dalam doaku? Hingga sekarang, aku tak pernah merasa salah telah memilihmu. Kau yang baik hati dan setia. Kau yang sepenuh hati mengejar cita-cita, kau yang selalu ceria. Kau yang membuatku menjadi aku yang seutuhnya.
Jarak kita sekarang bukan apa-apa dibandingkan masa depan yang kita punya bersama. Sebelum terlalu lama, kita akan bertemu lagi. Sebelum waktu itu tiba, kita harus bahagia dengan apa yang ada
Dariku,
Yang setiap pagi menanti pesan baru darimu

Cinta yang Baik Membuatku Tak Pernah Sepi. Meski Berpekan-pekan Ditinggal Sendiri

Ini tentang dia. 

Yang kehadirannya dalam hidupku bisa dihitung dalam satuan pekan saja.

Dia, yang di tengah jarak dan kesibukan memberi rasa didampingi.
Dia, yang meninggalkanku berpekan-pekan sendiri. Namun bersamanya anehnya aku tak pernah merasa sepi.

Saat dia pergi imajinasiku mendadak jadi pelari. 

Aku bahkan rela bertukar peran jadi benda mati

Kalau bisa aku ingin melipat diri agar bisa pas disaku kemejanya, terselip manis dalam sekotak ruang di dada atasnya tepat disebelah kanan agar pas dijantungnya. Keinginan ini punya latar belakang yang sederhana saja. Supaya meski dia sedang bekerja dan kami saling berpisah kota, jeda tak harus terjadi selama ini. 

Dia bukan orang yang bisa terus ada kapan pun aku membutuhkannya. Ada hari-hari panjang yang mesti dilalui sendiri. Ketangguhan dan kesabaranku diuji sampai batas maksimalku. Entah sampai kapan aku harus bersabar menjalaninya, namun ada satu keyakinan di hati aku bisa melewati ujian kesabaran ini, ada hal penting untuk kami perjuangkan. 

Hebatnya, tak ada gelegak berlebihan karena jarak dan kesendirian. Aku menyadari fase yang harus dilewati. Jarak tak perlu ditanggapi dengan sedramatis ini.

Apakah cinta yang baik memang seperti ini? Tak menyisakan sepi, meski berpekan-pekan ditinggal sendiri. 

Entah dari mana datangnya rasa cukup. Namun aku merasa merasa seperti sandwich yang genap dalam satuan tangkup.

Pesannya yang masuk hanya 1-2 kali sehari tidak membuatku merasa meremang dan sendiri. Perbincangan singkat sebelum tidur susah membuatmu merasa cukup dalam hati. Ada rasa mengerti dan peduli. Kami hanya tidak sedang bersama, bukan berarti harus jadi drama.

Terkadang, saat menyetir pulang seorang diri, bukan cuma sekali aku bertanya dan meyakinkan diri sendiri, Sepikah diriku tanpa dia di sisi ku?

Dia tidak disini, aku sedang tak ditemani. Apakah cinta yang baik memang seperti ini?



Kamis, 08 September 2016

Hal Yang Berubah Ketika Beranjak Dewasa

Manusia selalu identik dengan perubahan. Baik perubahan positif maupun negatif. Banyak hal yang berubah di hidup kita mulai dari kecil, remaja hingga dewasa. Perubahan itu diantaranya adalah:

1.     Pandangan tentang cinta

Ketika beranjak dewasa pandangan tentang cinta pasti berubah. Kita pasti mengalami fase patah hati terhebat yang ngebuat kita berubah pandangan. Patah hati terhebat bisa ngebuat kita trauma jatuh cinta. Karena terlalu sering disakitin. Bisa juga ngebuat kita lebiih selektif ketika mencintai. Orang patah hati terhebat ngebuat kita menjadi orang lain, orang yang selama ini gak pernah kita bayangkan. Kalo lo pernah dikecewain sampai ngerubah pandangan tentang cinta, aku saranin kamu gak boleh trauma jatuh cinta karena hal ini, jadikan hal ini pelajaran buat pengalaman cinta kamu agar tidak terulang lagi.

2.     Lebih Cuek

Sadar atau tidak semakin dewasa kita menjadi lebih cuek kepada orang di sekitar. Kita semakin diperbudak oleh tehnologi, yang jauh terasa dekat, yang dekat terasa jauh. Kita jadi kurang berinteraksi kepada teman. Kita jadi lebih suka ucapin Happy birthday lewat facebook, daripada datang ke rumah langsung dan merayakanya. Kita jadi lebih suka ucapin get weel soon lewat sosial media daripada datang langsung ke rumahnya dan jenguk dia. Kita lebih suka ngobrol dengan orang yang jauh lewat bbm daripada dengan teman dekat.  Kita jadi gak peka kepada orang sekitar. Kalo kamu ngalamin keadaan banyak gini saran aku harus tunjuin perhatian lewat tindakan nyata ke teman atau sahabat, gak Cuma lewat sosial media aja.

3.     Banyak tuntutan

Sadar gak sih waktu SD kita gak seberapa mikir soal tuntutan hidup, paling Cuma hitung MTK yang notabenya soal masih cukup mudah, paling banter Cuma mikir kalau ada ulangan. Selain hal ini kita hanya tinggal bermain, mencari kawan sebanyak banyaknya. Kita juga bisa rasain suka-sukaan waktu SD, kalau beruntung kali aja kamu udah ditakdirin jomblo dari SD, beda lagi kalau kita udah dewasa. Lebih banyak lagi tuntutan di hidup ini. Kita mulai mikir pekerjaan, kita mulai rasain patah hati ketika dewasa, kita mulai ngerasa kehilangan sahabat atau sesuatu yang paling kita sayang. Kita mulai belajar merelakan, merelakan sesuatu yang bukan milik kita, merelakan melihat orang yang kita sayang bersama orang lain.Kita juga jadi makin jauh dari keluarga ketika dewasa, dan itu berat banget rasanya. Yah kalo lo ngalamin situasi seperti ini saran aku, kamu harus nikmatin aja prosesnya, jangan mengeluh yaa.

 

Jangan lupa senyum hari ini. :)

Rabu, 07 September 2016

Pejuang LDR

Jarak", satu kata yang menjadi momok besar dari sebuah hubungan. Dari kata sesederhana itu tersirat makna yang dalam. Tentang komitmen, kesetiaan, kepercayaan yang sepenuhnya diuji. Melaluinya, tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh pengorbanan, ketulusan dan kesabaran lebih.

Dulu aku membayangkan cinta hanya sebatas hal-hal yang indah. Tapi seiring berjalannya waktu, ternyata cinta tak sesederhana itu. Takdir membawaku bertemu denganmu yang harus terpisah jarak.
Tapi percayalah. Sejak kau memantapkan hati tuk melabuhkan cita-citamu di negara itu, detik itupun aku mengamini keputusanmu. Bukankah berkorban sejenak untuk kebahagiaan selamanya itu jauh lebih baik? Tak mengapa jarang bersua, selama kita tertaut doa, saling menjaga kepercayaan satu sama lain, aku yakin kesabaran kita akan berbuah manis kelak.
Mungkin kita tak selalu bisa  menghabiskan akhir pekan berdua, menikmati secangkir kopi dan mendengarkan lagu favorit bersama. Tapi kita masih bisa membahas apapun berdua, tertawa bersama, bertatap mata walaupun hanya lewat screen komputer.
Mungkin awalnya semua terasa hampa, tapi kita akan terbiasa menjalaninya. Tak mudah memang membayangkan berbagai hal yang kadang tiba tiba muncul. Rasa cemas, cemburu, takut terjadi sesuatu denganmu. Tapi satu hal yang aku yakini, Allah selalu menjagamu untukku. Karena sejak kau pamit meninggalkan kota ini, sejak itulah aku titipkan engkau padaNya. Karena Dialah sebaik baik penjaga.
Untukmu yang jauh disana, jaga dirimu baik baik. Akupun akan menjaga hatiku, utuh hingga kau kembali. Hari dimana penantian ini akan berujung bahagia. Sementara ini, kita bertemu dalam doa dulu. Aku yakin segala kesabaran ini, penantian ini akan terbayar lunas dengan masa depan yang indah. Insya Allah.

Mungkin, aku yang terlalu Perasa

Maaf,mungkin aku yang terlalu perasa.
Menganggap semuanya berbeda.
Rasa nyaman yang membuatku semakin perasa,yaa aku nyaman ketika kita membicarakan hal yg serius,tak kalah aku sangat nyaman ketika kita membicarakan hal yang gila sekalipun.
Aku tidak munafik, aku sumringah ketika aku melihat namamu di notifikasi hpku.
Aku tidak munafik, aku kecewa ketika aku tidak melihat tanda biru di pesan yang aku kirim.
Ketika orang lain selalu kecewa jika ada tanda biru tapi tidak di balas dan malah menginginkan tanda yg tak berwarna.
Aku malah sebaliknya, aku lebih suka yg bertanda biru,karena setidaknya aku didengar walaupun tidak ditanggapi.
Kenyamanan itu datang tanpa pilih kasih ya.
Rasa nyaman datang dengan tiba-tiba tanpa tau kamu tampan atau tidak, pintar atau tidak, kaya atau tidak, ngerti agama atau tidak, jujur atau tidak. Bahkan merasakan hal yang sama atau tidak.
Kamu datang disaat yang tepat,
Kamu datang disaat aku sedang berpetualang dengan hati yang patah.
Kamu tidak membuatku jatuh cinta
tapi kamu memberiku kenyamanan.
Pertemuan tanpa sengaja kita yang membuatku jatuh sedalam ini ternyata berlanjut sampai saat ini.
Kita dua manusia dalam satu ruang dan waktu yang selalu bertukar apapun yang kita lalui tanpa jeda tanpa rasa malu dan tanpa rasa kaku. Awalnya semua hanya sebatas kata yang terucap tanpa makna yang berarti, namun lama-kelamaan menjelma menjadi sebuah misteri yang sulit dideskripsikan alurnya. Aku dengan antusiasku menyambutmu dan kamu dengan percaya dirinya datang kepadaku.
Kita menjelma menjadi sosok merpati yang akan selalu terbang bersama dengan begitu anggunnya di mana ada kamu di situlah aku juga pasti ada, kita bagai dua insan yang tak akan pernah terpisahkan sedetikpun, hebat bukan? Hari yang kita lalui begitu menarik, bahkan membuat iri setiap pasang mata yang melihat kita, bukan terlalu memamerkan kemesraan justru kita memperlihatkan kedekatan kita yang apa adanya dan begitu natural yang membuat mereka ingin seperti kita.
Banyak hal yang kita lewatkan bersama tapi yang membuatku heran kita tak pernah membicarakan apa posisi kita di sini. Semua hanya kita jalani seperti ombak yang akan selalu menerjang. Hingga suatu hari kau menghilang dari sisiku dan tak pernah menghubungiku lagi.Aku seperti seseorang yang kehilangan sandaran, aku seperti manusia yang kehilangan arah, aku seperti orang yang tak mempunyai tujuan, aku sakit hati sedalam ini namun tak sedikitpun kau menengok dan memberiku kabar. Hingga suatu malam ku beranikan diri untuk menghubungimu.
Kau tau apa yang ku dapat? Menyakitkan sungguh ini sudah di luar batas manusiawi kau bersikap begitu dingin seolah aku dan kamu tak pernah mengenal sebelumnya. Oh Tuhan, saat itu seakan dunia serasa berhenti. Ku kuatkan diri untuk menghapus segala hal tentang hidupmu dan ku simpulkan sendiri bahwa kau adalah sosok jahat yang tak akan pernah lagi kutemui walaupun di kehidupan kedua.
Ku simpulkan sendiri bahwa kau sudah memiliki seorang kekasih di luar sana yang jauh lebih baik dari aku. Ku lapangkan hatiku menerima itu semua, ku kuatkan hatiku dengan keputusan terberat ini. Toh semua juga sudah terjadi. Kuyakinkan hati ini untuk terus melangkah mencari pengganti dirimu yang tidak akan sejahat sikapmu.
Kau tak tahu ini berat bagiku. Menjalani hari-hari tanpamu lagi. Sementara dulu kau adalah kebiasaanku. Bagian dari hal-hal yang melengkapi perjalanan hidup yang kujalani. Bagaimana mungkin dengan tiba-tiba kau memilih untuk tiada. Apakah ini sudah kau rencanakan sendiri. Melepaskanku membuatmu merasa siap sepenuh hati. Karena kau tahu aku tak akan siap untuk hal itu. Kau memilih dengan cara yang begitu tega melepasku. Apa kau mengira dengan menyakitiku sesakit-sakitnya akan membuatmu lepas begitu saja dari ingatanku.
Kau salah. Caramu yang keterlaluan itu membuatku susah untuk melupakanmu. Namun terlalu pedih jika teringat akan kamu. Semua yang pernah terjadi kini menjelma belati. Mengiris-iris ruang ingatan. Melumpuhkan usahaku untuk mengenangmu tanpa kesan. Tetap saja caramu yang dulu manis adalah satu hal yang kini terasa sadis. Kau yang menjelma kupu-kupu ternyata bisa menusukan pahit empedu. Segala hal indah yang kau beri. Tak lebih caramu membuat kesan manis yang berakhir sebuah usaha susah payah menenangkan hati. Kini langkah-langkahmu kau bawa pergi, namun aku masih saja teringat kau sesekali. Sulit bagiku benar-benar lupa. Barangkali karena pernah begitu cinta.